Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Bersamamu Ku Sadari

Ponselku sepi. Tak ada chat dari siapa pun. Rasanya aneh ketika setiap hari selalu saja ada pesan yang terkadang mengganggu dari orang yang sama, tiba-tiba hilang. Awalnya aku baik-baik saja karena memang di kantor lagi banyak kerjaan. Tapi sampai jam makan siang, tidak ada notifkasi dari nama yang ku tunggu. Aku pikir semua akan segera membaik seperti biasanya. Ini sudah hari kedua, tetap sepi. Ku geser layar ponselku untuk melihat Instagramku. Barang kali ada notifikasi yang tidak terbaca di sana, hasilnya sama. Pindah ke Facebook, tetap tak ada messanger yang masuk. Malah yang ada telepon dari nomor yang tidak ku kenal. Tapi aku bisa menebak, pasti mau menawarkan kartu kredit. Frustasi sendiri jadinya. “Muka kamu kusut begitu, Ris? Berantem lagi sama Citra?” tiba-tiba Nayah duduk di depanku sambil membawa semangkok mie ayam. Dia tampaknya sudah bersiap menjadi psikolog handal. Kerudungnya dirapikan, gaya duduknya dibuat elegan mungkin. Aku tak menjawab pertanyaannya

Alan Dalam Perselingkuhan Rasa

Langkah hidup tak mudah ditebak, walaupun langkah kaki terus mengikuti peta dengan teknologi tercanggih. Aku tak pernah membayangkan bahwa hari ini, di depan ratusan orang akan berbicara tentang prestasi. Sebuah capaian karir yang mungkin saja menjadi impian semua oramg di depanku. Gemuruh tepuk tangan menggema di penjuru ruangan tertutup. Semua mata memandangku, menungguku untuk mengucapkan sepatah kata. Aku sempat gugup, tapi aku mampu mengendalikannya. Hari yang penting ini, aku tidak boleh melakukan kesalahan. Di hadapan ratusan orang yang hadir, aku menyampaikan ucapan syukur dan terima kasih pada semua pihak yang terlibat dalam mengembangan karir hingga mendapat penghargaan sebagai wartawan sosial politik terfavorit. Aku bahagia, senang, dan haru atas semua yang terjadi. Hingga aku membeku ketika menyadari sesuatu. Di antara semua yang bertepuk tangan, aku melihat seseorang yang aku kenal. Ku kedipkan mataku, memastikan bahwa aku tidak berhalusinasi. Astaghfirullah, itu bena

Anna, I Love You!

Langkah awal melepas status lajang baru saja aku lewati. Campur aduk perasaan bergelinang di pikiran. Ada rasa haru, senang, gugup, suhu badan panas dingin, dan rasa lainnya yang sulit dijelaskan kecuali kalian berada di posisiku. Hei, hari ini aku menikah loh, teriakku dalam hati. aku menikah dengan orang yang ku yakini bisa bersama seumur hidup, dalam susah senang, untung malang, dan berbagai kesanggupan dalam menghadapi pahit manisnya kehidupan.  Bicara terkait pesta pernikahanku, rasanya tak berbeda dengan kebanyakan orang. hanya saja, kebetulan Anna adalah perempuan berdarah jawa, maka konsep pernikahan kami menggunakan adat jawa dilengkapi dengan acara siraman. undangan yang kami sebar pun mengharapkan doa dari berbagai kalangan, tidak terkecuali tampak anak-anak yang ku lihat sekarang merajuk ke mamanya tak sabar meminta es cream yang masih disiapkan petugas catering. ada juga tangisan bayi  terdengar di telingaku. ibu-ibu dengan kebaya mereka tampak asyik mengomentar