Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Game Anak KEPPO

Permainan dan kekompakkan sering menjadi dua sisi yang saling mendukung. Dalam berbagai kegiatan, tidak jarang selalu diselipkan sebuah permainan yang bertujuan untuk menjaga kekompakan atau sekadar menjadi hiburan di tengah kepenatan. Dalam kegiatan KEPPO pun hal itu dilakukan demi menjaga kekompakkan peserta dan tentunya mencairkan rasa canggung antar peserta. “Bagaimana Em, kamu siap bermain?” Sella menatapku. Gayanya dibuat secentil mungkin. “Memangnya ada pilihan untuk rebahan?” aku berseloroh. Sella malah memukul kepalaku. Sella tampak antusias sekali dengan permainan ini. Wajahnya tak hilang raut cerianya, hingga senyumnya tak henti. Berbeda dengan aku, aku malah mencemaskan bagaimana nanti kalau tim yang ku pandu tidak berhasil menyelesaikan permainan ini dengan baik. Seharusnya aku tidak perlu serius sekali menanggapi permainan ini, karena tujuannya bukan untuk mencari siapa yang menang atau kalah. Tapi selama ini aku selalu menang dalam permainan apa pun ke

Mengenal Kak Rida

Kegiatan hari pertama diisi dengan seremonial pembukaan dan berakhirlah malam dengan kelelahan. Alhamdulillah , semua berjalan lancar tanpa ada gangguan apa pun. Tak banyak hal yang dapat ku ceritakan, karena tak ada kejadian yang berbeda dari umumnya. Belum tampak sorotan sinar matahari, mataku sudah dibuat terbuka oleh suara keras yang mengusik telinganku. Tampaknya itu adalah teriakan panitia yang membangunkan peserta KEPPO. Ada satu suara yang tak terkira volumenya.   “Dik..bangun!!!, Sholat!!!, Sholat!!!, sudah adzan tuh!!!” suaranya. Ku perhatikan Lila, Sella, dan Nobi pun sudah beranjak dari posisi tidurnya. Walaupun ku perhatikan mereka masih malas-malasan untuk bangun. Mungkin mereka tak enak hati kalau tak ikut bangun dan membantu panitia lainnya. Di sini tugasku dan teman-teman IPPNU adalah menjadi kakak Pembina yang baik, maka kita turut serta teriak-teriak membangunkan peserta. Hanya saja memastikan peserta putri tidak absen dalam setiap kegiatan yang dijad

Mengenal KEPPO Berfaedah

Aku anak Pramuka. Aku bangga dan senang menjadi bagian dari Pramuka. Maka ketika ada kegiatan kepramukaan, aku tak peduli musim panas atau musim hujan yang datang, aku menghadapinya dengan riang. Persis seperti hari ini, aku mengikuti kegiatan perkemahan di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan. Kegiatan yang berlangsung 4 hari 3 malam tersebut bernama KEPPO. “KEPPO adalah singkatan Kegiatan Pramuka 4.0, gimana pas kan?” Lila menjelaskan kepadaku istilah KEPPO yang dipakai dalam kegiatan yang aku ikuti ini. Aku menyukainya, mudah disebarluaskan dengan istilah yang sering diucapkan tanpa mengurangi makna dibalik penggunaan nama tersebut. Kepramukaan 4.0 tentu bertujuan untuk mengembangkan perilaku dan sikap anak pramuka menghadapi perkembangan teknologi dalam industri 4.0. walaupun begitu, tentu penggunaan sandi-sandi dalam pramuka tetap dipakai, beberapa peralatan seperti tandu pun digunakan. Hanya saja komunikasi kita lebih mudah menggunakan ponsel. Apalagi kalau sedang

Mencintaimu Candu

Benar kata orang, melalui pernikahan kita justru mengenal lebih banyak hal tentang pasangan kita. Ku mengira sudah mengenal Billy secara dalam, tapi justru itu baru luarnya saja. Ada hal-hal kecil yang baru aku ketahui pasca menikah. Hal yang tak pernah ku pikirkan, ternyata Billy setiap bangun tidur pasti bergegas ke balkon, berdiam sejenak untuk menikmati udara pagi. Hal yang ku kagumi adalah, ia berucap syukur pada Tuhan atas nikmat bangun tidur. Terkadang aku tertawa geli ketika ia masih belum terbiasa menghilangkan gerakan tangan berbentuk Salib. Aku paham, tidak mudah bagi siapa pun merubah kebiasaan yang sudah dianut sejak kecil. Selepas itu Billy kemudian berucap istighfar. “Apa indahnya kamu berdiri di sini?” aku menghampiri Billy yang terdiam di balkon. “An, bangun tidur adalah anugerah yang setiap hari perlu disyukuri. Terlihatnya sama saja, tapi setiap aku berdiam diri, posisi awan tak pernah sama. Tidak setiap pagi pun ada burung berkicau dan kupu-kupu terba

Hai Guru Online

Dunia cepat berubah. Cita-cita pun tak lagi terbatas jadi polisi, tentara, atau dokter. Anak-anak kecil bisa saja menyebut jadi selebgram adalah impiannya. Sebuah profesi yang akan sulit dipahami oleh orang generasi pada sepuluh tahun lalu. Aku pun bernasib sama. Kuliah dengan jurusan pendidikan, membayangkan setelah lulus akan mengajar di depan kelas, melihat wajah-wajah penasaran siswa, dan tampil rapi dengan sepatu pantofel hitam mengkilat. Tapi apa yang terjadi hari ini? Ku pandangi sekitar tempatku tak ada siswa yang terbayangkan dulu. Hal yang terlihat justru orang-orang seusiaku duduk berkelompok dengan aktivitas masing-masing di meja kerjanya. Satu hal yang kurang ku sukai dari pekerjaan ini, ruangan kerjanya tak ada pembatas. Aku tak pernah nyaman dengan kebisingan, sehingga sering aku memakai headset supaya bisa konsentrasi menulis naskah pengajaran. Sedangkan di depanku, beberapa rekan dalam tim sibuk dengan desain gambar dan animasi, sebuah pekerjaan yang menunja