Langsung ke konten utama

Keluarga Singgah

Usai membahas tentang Pare. Amir kali ini menceritakan tentang kehidupannya di Plantinum Camp. Sebuah asrama yang berfungsi untuk tinggal sementara para pelajar bahasa Inggris. Ada beberapa aturan ketat yang perlu dipatuhi oleh penghuni. Salah satunya, wajib menggunakan bahasa inggris selama berada di lingkungan asrama. Oh iya, pemimpin Asrama adalah Mister Gio. Dia juga seorang pengajar di lembaga kursus Platinum. Namun, selama Amir tinggal di asrama tersebut, lebih banyak waktu yang dipilihnya untuk belajar di lembaga lain. Satu kamar berisi antara 4 hingga 6 orang. Kalau sedang musim libur sekolah, bisa lebih dari itu. Nah, di awal masuk, kondisi kamar masih normal. Selang dua minggu kemudian, datanglah rombongan anak SMP dan SMA yang memilih liburannya dengan belajar bahasa Inggris. Jadilah, kamar yang awalnya diisi 4 orang bertambah. Tapi bukan masalah besar. Justru ada perasaan senang karena tambah teman. Suasana keakraban di Platinum Camp selayaknya rumah. Walaupun baru kenal, sikap ramah timbul tanpa paksaan. Setiap momen menjadi berkesan karena canda tawa dan berbagai aksi lucu ketika penghuni asrama dipaksa menggunakan bahasa Inggris dengan aksen lokal dan campuran dengan bahasa Indonesia. Kehidupan di Platinum Camp tak hanya mengajari Amir tentang vocabulary dan grammer saja. Banyak sisi lain tentang kehidupan yang membuat dirinya menemukan arti rasa bersyukur. Salah satu kisah seorang penjual jagung Rebus, sebut saja namanya Pak Tresno. Setiap sore menjelang Maghrib dia datang ke asrama. Ia menawarkan dagangannya menggunakan bahasa Inggris. Usia yang sudah senja, tentu aksen dan gaya bicaranya mengundang tawa. “Boil Corn… Boil Corn…” begitulah ia menyebut jagung rebusnya. “How Much?” Di antara kami menanyakan harganya. “One Thousand Rupiah” Jawabnya. Beliau cukup memahami bahwa kami yang berada di asrama diwajibkan berbahasa Inggris. Sehingga sebisa mungkin beliau memiliki kemampuan yang sama, minimal dialog tentang jual beli. Hal itulah yang membuat Amir bersyukur bisa datang ke Pare. Semangat Pak Tresno berjualan dengan kemampuan bahasa Inggris yang pas-pasan saja mampu ia jalani dengan riang. Bukankah dirinya yang memiliki kesempatan lebih tidak memanfaatkannya untuk belajar serius? Memiliki Mister Gio sebagai bapak asuh di asrama juga sebuah berkat yang luar biasa. Pengalaman hidup dan kesadaran spiritualnya yang tinggi membuat dia mampu menjadi pribadi yang bijak dalam membimbing siapa pun yang sedang butuh motivasi belajar bahasa Inggris di tempatnya. Sebuah sentuhan spiritual semacam itu terkadang abai diberikan oleh pendidik di lingkungan modern. Sehingga Amir dan lainnya tidak hanya belajar bahasa, tapi makna filosofis dari belajar bahasa asing tersebut. Amir memiliki beberapa teman akrab, seperti Ham, Vian, Andy, Mudzakir. Ham adalah anak perantauan dari Sulawesi. Ia memiliki karakter yang teguh dan disiplin dalam belajar. Ia lebih banyak memilih program grammer di Kresna. Sedangkan Vian berasal daerah tapal kuda dan merupakan orang Madura. Ia juga memilih lembaga kursus sama dengan Ham. Andy berasal dari Surabaya. Ia hanya mengisi liburan sekolah. Namun, setelah sama-sama pulang dari Asrama. Amir dan Andy lebih akrab hingga sekarang. Nah, Mudzakir hanya dua seminggu menjadi penghuni Platinum Camp. Sebelumnya tinggal satu asrama di Mahesa. Sebagai pribadi yang menyenangkan dan sering membuat lelucon. Ia pandai berbaur dengan siapa saja. Bahkan komunikasi dengan Amir hingga sekarang terus terjalin. Kini ia menjadi seorang guru salah satu sekolah di Bekasi. Platinum Camp memiliki kegiatan bersama. Setiap Shalat Maghrib, Isya, dan Subuh kami diwajibkan berjamaah di tempat yang disiapkan oleh asrama. Apabila ada di antara kami yang absen, maka diwajibkan membayar denda. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menjaga kekompakan dan persaudaraan di antara kami. Tentu ada saja yang lebih memilih membayar denda, dengan berbagai alasan. Kadang Amir pun membayar denda karena ada urusan di luar yang membuatnya telat ikut jamaah. Kalau tidak salah, ada kegiatan bulanan. Anggota yang memiliki kemampuan untuk menjadi pembawa acara, berpidato, maka diharapkan bisa tampil untuk mengasah kemampuan berbahasa inggrisnya. Nah, Amir punya kesempatan untuk berpidato. Tentu dengan aksen dan tata bahasa yang masih perlu diperbaiki. Keberanian untuk tampil di depan umum menjadi tujuan diadakan kegiatan tersebut. Kegiatan keagamaan juga dilakukan, seperti membaca tahlil dan yasin berjamaah. Kegiatan ini biasanya dilakukan bergantian tempat, antara asrama putri dan asrama putra. Perlu diketeahui, Platinum Camp, asrama putri dan putra dipisah oleh jalan raya. Sehingga akses untuk berkunjung dibatasi. Kegiatan lain, bagian dari menjaga kekompakan. Setiap akhir pekan, kami diajak untuk berwisata di daerah yang masih terjangkau untuk jalan kaki. Waktu itu kami melakukan permainan yang dipandu oleh mentor kami di asrama. Mohon maaf bagian ini tidak bisa diceritakan dengan baik. Selama berada di Platinum Camp, ada saja teman baru yang memberi energi positif. Salah satunya anggota baru bernama Arif. Dia berasal dari Bojonegoro. Alasannya dia belajar bahasa Inggris adalah ingin mendaftar di TNI. Sayangnya, kabar terakhir waktu ketemu di Yogya setahun lalu, Arif memutuskan untuk kuliah dan kini berwirausaha. Amir pun akrab dengan beberapa penghuni asrama putri. Salah satu yang sering ngobrol adalah Miss El. Panggilan Miss atau Mister memang lazim dipakai di lingkungan kursusan Pare. Miss El berasal dari Banjarmasin. Nah, ada mentor bernama Miss Amel yang sering mengajari vocabulary. Dia juga pribadi yang menyenangkan. Dia berasal dari Sulawesi. Lalu, apakah ada cinlok di Platinum Camp? Wah, rasanya bagian ini biar menjadi rahasia dapur saja ya. Supaya teman-teman yang berniat untuk menjadi bagian dari Platinum Camp memiliki pengalaman tersendiri terkait hal ini. Semoga pandemi covid-19 bisa segera berakhir. Sehingga lembaga kursus yang sekarang masih memanfaatkan pembelajaran daring bisa juga membuat kelas tatap muka dan menyediakan kembali asrama yang mendukung kegiatan belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu Bersamamu

Ilustrasi Copyright : Evan S. Aku berjalan penuh semangat menuju ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta Terminal III. Aku akan melakukan penerbangan ke Surabaya, menjemput Oma yang ingin merayakan Natal di Jakarta. Ku lihat ornamen natal sudah mulai menghiasi sudut-sudut Bandara. Pemandangan ini memang sudah biasa aku lihat di ruang-ruang publik. Aku bersyukur tinggal di Indonesia, karena walaupun agama yang aku anut adalah minoritas, tetapi mendapatkan sikap baik dari negara dan masyarakat lainnya. Jujur, masih banyak kasus diskriminasi di daerah lain terkait susahnya mendirikan Gereja. Aku pikir itu hanya masalah waktu, kita semua pada akhirnya akan saling dewasa menyikapi perbedaan. Mengingat masalah sikap dewasa terhadap perbedaan, aku jadi teringat seseorang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, keluargaku, dan khususnya bagi Kak Tania. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Oh, aku salah. Bahkan dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.

Misi Rahasia Din Part 5

Masuk UKM Teater menjadi pilihanku. Dunia yang sudah aku impikan sejak SMA, hanya saja di sekolahku tak ada kegiatan ekstra tersebut. Kalau mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti kelompok seni di Taman Ismail Marzuki, tentu biasanya lebih mahal. Makanya dulu aku biasa membuat drama sendiri di kamar. Eh tidak juga, kegiatan 17 Agustus, aku turut berpartisipasi membuat opera bersama teman-teman Karang Taruna. Lita, panggil saja aku Lit. Kalian yang sudah baca cerita sebelumnya, pasti tahu bahwa aku temannya Lisa. Kami memang tak terpisahkan. Hampir semua perkuliahan kami sekelas. Hanya saja ketika kami memutuskan masuk UKM yang berbeda, mulailah susah menyempatkan waktu untuk jalan berdua. “Ini kita belum pada punya cowok loh Lit.” Begitulah Lisa menyindirku dengan waktu yang mulai menyita kebersamaan kita. “Tenang kok, aku gak bakal lupa sama teman sebaik kamu.” Ucapku memberikan dia jaminan. “Janji ya?” ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “Ih, kayak bocah pakai b