Langsung ke konten utama

PARE; Tempat Penuh Makna

PARE, nama daerah yang popular di Kota Kediri, Jawa Timur. Bagi yang memiliki ketertarikan belajar bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, maka Pare bisa menjadi tempat singgah untuk mengasah kemampuan berbahasa kita. Pare, telah melahirkan lulusan peserta didik yang cakap berbahasa Inggris sesuai tahapan ilmu yang dipelajari. Soal kualitas, boleh diperdebatkan, tetapi membangun suasana cakap berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, sebuah hal yang patut diapresiasi. Kampung Inggris, itulah sebuah daerah Pare yang terletak di Desa Tulungrejo. Sebagian besar penduduk setempat memiliki fasilitas asrama dan tempat kursus bahasa. Hal positif dari konsep “Kampung Inggris” adalah semua pelayanan umum, baik tukang becak, pedagang makanan, dan penduduk setempat familiar dengan penggunaan bahasa Inggris. Maka daya tarik itulah yang memantik pelajar dari penjuru Indonesia untuk datang mengenal Pare. Amir adalah salah satu pelajar yang berkesempatan untuk mengasah kemampuan berbahasa Inggris di Pare. Ia memiliki Camp Mahesa Putra sebagai tempat tinggal pertamanya. Mahesa adalah lembaga kursus yang dipilih untuk memulai kemampuan berbasanya. Selanjutnya, ia memilih lembaga LIA sebagai pengembangan diri, dan Daffodil’s sebagai kesempatan terakhir untuk menguatkan kemampuan berbicaranya. Platinum Camp menjadi rumah kedua yang penuh kenangan. Tanggal 25 Mei 2014, tepat tujuh tahun yang lalu, Amir menjadi bagian dari sejarah perjalanan panjang peradaban bahasa asing di Kampung Inggris. Ia menjalani 2 bulan 2 minggu untuk mengenal bahasa Inggris. Tentu waktu tersebut jauh dari cukup untuk cakap berbahasa Inggris yang baik dan benar. Namun, ada pengalaman menarik yang baru ia dapatkan tentang bagaimana Pare telah memberinya banyak makna dalam hidupnya. Ia memiliki pemahaman yang menarik tentang Pare. Apa saja itu? 1. Pare adalah Rumah Sakit Taka da yang nyaman berada di rumah sakit. Tetapi, tujuan berdirinya rumah sakit memang bukan untuk liburan kan? Rumah sakit hadir untuk menyembuhkan berbagai penyakit setiap orang yang datang berobat. Nah, Pare pun demikian.Banyak orang yang berlomba-lomba untuk sembuh dari penyakit phobia bahasa asing. Tidak malu untuk salah berbicara atau aksennya medok, semua dipelajari dengan pengalaman yang penuh perjuangan. Rasanya pasti tidak nyaman ketika memiliki keterbatasan vocabulary dan harus di denda ketika alpa menggunakan bahasa Indonesia. Tentu, ada periode tertentu yang akhirnya kita akan sembuh dan keluar dari tempat tersebut. Setuju kah kalian? 2. Pare adalah Panti Asuhan Layaknya anak angkat yang diasuh oleh orang tua sementara. Semua orang di Pare menyambut hangat siapa pun yang datang dan merasa terlindungi, layaknya sebuah Panti. Tempat ditampungnya orang kelaparan dan haus. Lapar akan vocabulary bahasa inggris dan haus dengan formula grammer. Mereka akan saling berebut untuk bisa ‘makan’ vocabulary setiap hari minimal 30 kata. Mereka juga berlomba-lomba untuk ‘meminum’ formula segar dari sebuah grammer yang mungkin di pendidikan formal banyak dihindari para pelajar. Sangat canggih bukan????? Itulah hebatnya Pare. 3. Pare adalah Miniatur Indonesia Apabila Ibu Tien Soeharto berhasil menunjukkan kepada dunia tentang Indonesia dalam satu sekat wilayah di TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII), maka kalian juga perlu tahu bahwa Mr. Kalend orang asal Kalimantan tersebut telah berhasil menunjukkan pada dunia tentang Indonesia dilihat dari perilaku dan budaya yang kasat mata dan harmonis di kota Pare, Desa Tulungrejo. Kalian akan melihat pelajar yang kursus datang dari berbagai suku, budaya, agama, dan latar belakang yang berbeda. Mereka berkumpul di Pare dengan tujuan yang satu, yaitu belajar bahasa inggris. Menakjubkan bukaaaan?? Itulah hebatnya Pare. 4. Pare adalah Kos-kosan Hampir 90 persen mereka adalah pelajar-pelajar dari berbagai daerah yang singgah sementara untuk mendulang ilmu pengetahuan. Kota ini akan sepi dan sunyi ketika para pelajar itu sudah kembali dengan rutinitas sekolahnya, kuliahnya, atau pekerjaannya di tempat asal. Maka Pare bisa disebut sebagai kos-kosan. 5. Pare adalah Sinetron Kalian semua pernah melihat sebuah tayangan program televisi yang disebut Sinetron kan? mereka yang hadir di Pare sudah mempersiapkan secantik mungkin peran yang akan dimainkan, mereka akan meninggalkan sejenak kebiasaan buruk dalam dirinya, dan berperan seindah mungkin di mata orang lain. Bahkan kalau perlu dia harus mendapatkan peran yang benar-benar keluar dari watak aslinya. Itulah Pare, dan itu sukses di perankan mereka-mereka dalam waktu dua minggu, satu bulan, dan 6 bulan. Ooooh Pare kau begitu menggiurkan… 6. Pare adalah Mak Comblang Pare berhasil membuat ribuan pelajar tersebut terbius dengan cinta lokasi. Seseorang akan mudah terpesona dan tertarik dengan yang lainnya, hanya dengan beberapa hari saja. Semangat belajar akan tertompa kuat, karena mereka tidak akan bosan menghadapi hafalan vocab dan formula grammer. Karena cinta itu membuat yang susah menjadi mudah. Maaf kalau bagian ini membuat pembaca yang memiliki pengalaman singgah sementara di Pare lalu terngiang kembali dengan HTS kalian. Hehehe Begitulah Amir mengartikan pengalamannya belajar di Pare. Bagaimana dengan kalian? Sekaya makna apa Pare bagi perjalanan hidup kalian? Untuk semua sahabat Amir yang pernah kenal dan bersama-sama berjuang belajar bahasa Inggris, apa kabar hari ini? Semoga kalian membaca cerita ini dalam keadaan sehat dan diberkati. Tuhan melimpahkan rezeki dan kebahagiaan yang tak terhingga dalam hidup kalian. Pasti di antara kalian sudah ada yang jadi PNS, sedang berkutat dengan pendidikan dan karir, atau bahkan sedang mendidik anak-anak kalian. Apabila selama kenal Amir ada hal yang kurang berkenan, tentu hal yang patut untuk minta maaf. Sebaliknya, kalian akan dimaafkan juga atas semua kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja. Kita harus bertumbuh dalam iman yang baik dan berguna bagi sesama. Bagi yang memiliki kenangan yang sama, yuk tinggalkan jejak!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Singgah

Usai membahas tentang Pare. Amir kali ini menceritakan tentang kehidupannya di Plantinum Camp. Sebuah asrama yang berfungsi untuk tinggal sementara para pelajar bahasa Inggris. Ada beberapa aturan ketat yang perlu dipatuhi oleh penghuni. Salah satunya, wajib menggunakan bahasa inggris selama berada di lingkungan asrama. Oh iya, pemimpin Asrama adalah Mister Gio. Dia juga seorang pengajar di lembaga kursus Platinum. Namun, selama Amir tinggal di asrama tersebut, lebih banyak waktu yang dipilihnya untuk belajar di lembaga lain. Satu kamar berisi antara 4 hingga 6 orang. Kalau sedang musim libur sekolah, bisa lebih dari itu. Nah, di awal masuk, kondisi kamar masih normal. Selang dua minggu kemudian, datanglah rombongan anak SMP dan SMA yang memilih liburannya dengan belajar bahasa Inggris. Jadilah, kamar yang awalnya diisi 4 orang bertambah. Tapi bukan masalah besar. Justru ada perasaan senang karena tambah teman. Suasana keakraban di Platinum Camp selayaknya rumah. Walaupun baru kenal,

Waktu Bersamamu

Ilustrasi Copyright : Evan S. Aku berjalan penuh semangat menuju ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta Terminal III. Aku akan melakukan penerbangan ke Surabaya, menjemput Oma yang ingin merayakan Natal di Jakarta. Ku lihat ornamen natal sudah mulai menghiasi sudut-sudut Bandara. Pemandangan ini memang sudah biasa aku lihat di ruang-ruang publik. Aku bersyukur tinggal di Indonesia, karena walaupun agama yang aku anut adalah minoritas, tetapi mendapatkan sikap baik dari negara dan masyarakat lainnya. Jujur, masih banyak kasus diskriminasi di daerah lain terkait susahnya mendirikan Gereja. Aku pikir itu hanya masalah waktu, kita semua pada akhirnya akan saling dewasa menyikapi perbedaan. Mengingat masalah sikap dewasa terhadap perbedaan, aku jadi teringat seseorang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, keluargaku, dan khususnya bagi Kak Tania. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Oh, aku salah. Bahkan dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.

Cinta Yang Menyakitkan (Part 5)

Mendung menggantung di langit-langit Makam. Suasana duka masih menyelimuti keluarga Lala. Tanah kuburan baru saja menutupi jasat kembang desa itu. Bunga kamboja ikut berguguran mengirim rasa empati yang mendalam atas terpisahnya dua insan yang saling mencintai itu. Burung Gagak tak berniat lagi untuk bersiul, kehadirannya sudah cukup bukti bahwa duka kehilangan itu sangat nyata. Kepergian Lala diantarkan oleh orang sekampung. Menurut tradisi di kampung tersebut juga ditanamkan pohon pisang pada tanah makam. Hal itu dilakukan mengingat gadis tersebut belum menikah. Tak seperti biasanya, pemakaman Lala menjadi sangat istimewa dengan bumbu kisah cinta yang memilukan. Banyak pemuda desa yang mengagumi dan berniat untuk menjadi pendampingnya. Bahkan tunangannya merelakan diri pulang dari Malaysia demi ingin melihat jasad terakhir orang yang seharusnya ia nikahi nanti. Bapaknya pingsan berkali-kali di pemakamam, ketika sadar ia pun tak bergeming sama sekali. Prosesi mengadzankan jenazah pu