Langsung ke konten utama

Tentang Cerpend


Hallo Sahabat Cerpend..
Salam Kenal dan Selamat Datang di Blog ini..

"Kamu adalah hatimu,bukan siluet tubuhnya, apalagi kata mutiara"


Cerpend akan membawa pembaca pada pemahaman bahwa dalam dunia ini tak selalu tentang hitam dan putih, benar dan salah, suka dan benci, baik dan buruk, atau suci dan cela. Tak selalu hujan dicintai oleh semua orang. Bagi petani memang hujan adalah berkah, tetapi bagi pekerja kantoran, hujan adalah alasan malas bekerja. Seorang mahasiswa tingkat awal akan merasa senang mendapat tugas kerja kelompok, beban tidak ditanggung sendirian. Mahasiswa tingkat akhir, sudah bosan dengan berbagai tugas yang diberikan dosen. Penulis tidak tahu, apakah penjual bakso akan bergembira melihat dagangannya masih tersisa, sedangkan kita selalu tergiur dengan cerita nikmat para pelanggan yang menghabiskan semangkok bakso tersebut.
Kita bisa melihat masalah, mengamati kejadian, bahkan berkomentar terhadap suatu peristiwa. Sayangnya, kita melewatkan ruang kosong tentang merasakan dan berperan. Ada kondisi psikologis yang sulit diterobos oleh siapa pun yang tidak menjadi tokoh utama. Apalagi tentang cinta, kamu adalah hatimu, bukan siluet tubuhnya, apalagi kata mutiara.
Apakah sesederhana itu? Tidak.
Realita telah berbicara bahwa hati tidak terlepas dari elemen budaya dan agama. Dua faktor itu hal yang sering menjadikan perdebatan tanpa batas apakah memakai hati sebagai ruang kosong kebebasan atau hati sebagai keimanan yang terikat hukum positif dalam kitab suci. Apakah kalian ada pilihan?
Sangat ada…
Inilah yang ingin penulis sajikan dalam Cerpend.
Pembaca boleh setuju atau tidak terhadap cinta beda suku, agama, ras, dan antar golongan.
Pembaca dapat membatasi atau membebaskan cinta hanya untuk laki-laki dan perempuan atau jenis kelamin bukan ukuran saling mengasihi.
Pembaca bebas mengartikan cinta sebagai hubungan intim dua orang atau hubungan intim kelompok sosial.
Terakhir, kalimat klise tentang cinta tak harus memiliki tampaknya perlu untuk disambut baik, kenapa?
Karena cinta memang kata sifat bukan kata kerja yang butuh susunan Subjek, Prediket, dan Objek. Kata Cinta sudah cukup menjelaskan banyak makna tanpa harus mengalami penyusunan kalimat. Ia berdiri sendiri kan?
Setelah membaca dari awal hingga akhir, apakah pembaca mengalami dilema, kepala pusing, sakit perut, atau malah kangen mantan? Eh…
Semoga kalian semoga terobati dengan cerita-cerita pendek yang akan penulis terbitkan…
Ditunggu kabar baiknya ya…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Singgah

Usai membahas tentang Pare. Amir kali ini menceritakan tentang kehidupannya di Plantinum Camp. Sebuah asrama yang berfungsi untuk tinggal sementara para pelajar bahasa Inggris. Ada beberapa aturan ketat yang perlu dipatuhi oleh penghuni. Salah satunya, wajib menggunakan bahasa inggris selama berada di lingkungan asrama. Oh iya, pemimpin Asrama adalah Mister Gio. Dia juga seorang pengajar di lembaga kursus Platinum. Namun, selama Amir tinggal di asrama tersebut, lebih banyak waktu yang dipilihnya untuk belajar di lembaga lain. Satu kamar berisi antara 4 hingga 6 orang. Kalau sedang musim libur sekolah, bisa lebih dari itu. Nah, di awal masuk, kondisi kamar masih normal. Selang dua minggu kemudian, datanglah rombongan anak SMP dan SMA yang memilih liburannya dengan belajar bahasa Inggris. Jadilah, kamar yang awalnya diisi 4 orang bertambah. Tapi bukan masalah besar. Justru ada perasaan senang karena tambah teman. Suasana keakraban di Platinum Camp selayaknya rumah. Walaupun baru kenal,

Waktu Bersamamu

Ilustrasi Copyright : Evan S. Aku berjalan penuh semangat menuju ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta Terminal III. Aku akan melakukan penerbangan ke Surabaya, menjemput Oma yang ingin merayakan Natal di Jakarta. Ku lihat ornamen natal sudah mulai menghiasi sudut-sudut Bandara. Pemandangan ini memang sudah biasa aku lihat di ruang-ruang publik. Aku bersyukur tinggal di Indonesia, karena walaupun agama yang aku anut adalah minoritas, tetapi mendapatkan sikap baik dari negara dan masyarakat lainnya. Jujur, masih banyak kasus diskriminasi di daerah lain terkait susahnya mendirikan Gereja. Aku pikir itu hanya masalah waktu, kita semua pada akhirnya akan saling dewasa menyikapi perbedaan. Mengingat masalah sikap dewasa terhadap perbedaan, aku jadi teringat seseorang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, keluargaku, dan khususnya bagi Kak Tania. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Oh, aku salah. Bahkan dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.

Misi Rahasia Din Part 5

Masuk UKM Teater menjadi pilihanku. Dunia yang sudah aku impikan sejak SMA, hanya saja di sekolahku tak ada kegiatan ekstra tersebut. Kalau mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti kelompok seni di Taman Ismail Marzuki, tentu biasanya lebih mahal. Makanya dulu aku biasa membuat drama sendiri di kamar. Eh tidak juga, kegiatan 17 Agustus, aku turut berpartisipasi membuat opera bersama teman-teman Karang Taruna. Lita, panggil saja aku Lit. Kalian yang sudah baca cerita sebelumnya, pasti tahu bahwa aku temannya Lisa. Kami memang tak terpisahkan. Hampir semua perkuliahan kami sekelas. Hanya saja ketika kami memutuskan masuk UKM yang berbeda, mulailah susah menyempatkan waktu untuk jalan berdua. “Ini kita belum pada punya cowok loh Lit.” Begitulah Lisa menyindirku dengan waktu yang mulai menyita kebersamaan kita. “Tenang kok, aku gak bakal lupa sama teman sebaik kamu.” Ucapku memberikan dia jaminan. “Janji ya?” ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “Ih, kayak bocah pakai b