Langsung ke konten utama

Dalgona Dari Dinda


Kabar baik. Dinda telah dinyatakan sehat dan selesai menjalani masa karantina di rumah sakit. Dua minggu lebih dia menjalani isolasi sebagai pasien Covid-19, dan kini dinyatakan sembuh. Namun, ia masih disarankan untuk tetap di rumah saja oleh dokter.

"Aku kangen kamu, Gama" tulisnya di obrolan WA.

Senang rasanya membaca kalimat itu. Ternyata gak cuma aku yang merindukan Dinda. Hanya saja, aku tak bisa menebak, rindu seperti apa yang dimaksud. Apakah rindu yang dia pikirkan sama seperti yang ku pikirkan? Entahlah..

"Lama banget ngetiknya. Kamu mau bales chat, apa bikin cerpen, keburu ngantuk nih" komentarnya mendapati aku tak juga membalas pesannya, sedangkan terlihat di aplikasi aku sedang proses mengetik.

"Hahahaha" Aku akhirnya balas seperti itu.

"Dih.. apaan itu. Dikangenin kok cuma ketawa" tulisanya sambil membubuhkan stiker 😏. Kesal dia kayaknya.

"Dindaaa. Aku senang banget akhirnya kamu ngechat aku. Ku pikir kita gak akan bisa kayak gini lagi." Balasku kemudian.

"Heh. Kamu doain aku meninggal? Durhaka..." balasnya.

Aku hanya bisa menanggapi dengan stiker ketawa. Setelah itu aku juga mengungkapkan bahwa aku juga kangen dia. Ku ceritakan pengalamanku yang aneh harus apa-apa sendirian, karena sudah sangat terbiasa bareng dia.

"Nah, gitu dong jujur. Gengsi amat mengakui kalau aku ini penting" tulisnya disertai stiker 😎.

Hah? Jujur?

Dinda, ada hal yang masih aku tutupi dari kamu. Sesuatu yang aku sendiri sulit mengartikannya. Takutnya kalau aku salah langkah malah akan jadi boomerang buat pertemanan kita. Aku butuh waktu lagi untuk menguji apakah ini layak aku perjuangkan atau ku biarkan terkikis dengan seiringnya waktu berjalan.

Kata orang bijak, sejengkel-jengkelnya kita sama teman, gak ada istilahnya bekas teman kalau memang dia teman baikmu. Itulah yang selalu aku pegang dalam menjalani hubungan dengan Dinda selama ini. Banyak yang komentar kalau hubungan pertemanan lawan jenis itu retan baper salah satunya. Nah, kalau ini aku setuju, karena mengalaminya sendiri kali ini.

"Eh, besok lihat live IG ku ya Gam," Dinda kembali mengirim chat.

"Memangnya kamu mau ngapain? Mau jadi artis ya?" Timpalku.

"Lihat saja besok. Gak usah cerewet kayak emak-emak gitu," balasnya.

"Gak ada akhlak kamu ya.." balasku. Lalu dibalas  dia dengan sitker 😋😋😋

"Hp harus standby pokoknya.." dia mulai memaksa.

"Siap tuan ratu.. kan emang aku gak bakal jauh dari Hp. Gak akan kemana-mana juga ini," balasku. Akhirnya dia pamit tidur duluan, ngantuk katanya.

****

Esoknya, dia beneran live IG. Aku pun melihatnya. Eh, dia ternyata ada di dapur.

"Kamu mau bikin apa?" Komentarku.

"Sabar ya Gama, ini aku siapin dulu bahan-bahannya" ucapnya.
Dinda terlihat menyiapkan susu, gula putih, dan kopi. Aku menunggu dia menjelaskan.

"Hai semuanya, ini aku mau buat Dalgona" jelasnya sambil menyapa followernya yang melihat dia live.

"Heh, jam segini siapa yang akan minum? Ini kan bulan puasa" Selaku.

"Ya berarti yang buat lagi gak puasa dong.." Dinda nyengir. Sedangkan beberapa yang nonton sudah kasih tanda jempol padahal proses pembuatannya pun belum dimulai. Ada juga yang komentar; kakak cantik.
Aku jadi membatin, apa hubungannya komentar kecantikan dengan masak di dapur. Ada-ada saja ini netizen.

Ku lihat Dinda tampak terampil sekali mencampurkan bahan-bahannya. Sesekali ia melihat catatan di kertas kecil, mungkin itu resepnya.

"Oh iya, kenalin teman liveku itu namanya Gama ya. Sapa dong Gam, mereka ini baik-baik loh," ucapnya.

Ku buat seramah mungkin pada mereka. Beberapa coba menggodaku. Sudah ada yang follow IG ku.

"Semoga berhasil ya teman-teman.." ucapnya meminta dukungan sambil mengaduk adonan.

"Gam, jangan diem saja dong. Kamu ngomong apa kek," sentilnya.

"Lah, kok aku jadi yang harus speak up. Kan kamu ya lagi diplototin banyak orang," selaku.

Beberapa komentar malah mendukung ucapan Dinda. Ada yang memintaku menyanyi sambil menunggu Dalgona buatan Dinda selesai.

"Nah, iya benar. Gama suaranya bagus loh. Dia tuh biasanya nyanyiin aku lagunya Andmesh yang judulnya Nyaman. Ayo coba tunjukkan potensimu," Dinda berkata tanpa merasa dosa.

Sial, langsung bermunculan komentar setuju. Aku cukup terharu dia mengingat banyak hal ketika bersamaku. Memang lagu itu sering aku nyanyikan waktu sering jalan bareng dia, tapi belum pernah dalam keadaan live IG begini yang ditonton lumayan banyak netizen. Namun berhubung Dinda terlihat menunggu, aku pun berusaha mengabulkannya.

Lama sudah ku menanti....
Banyak cinta datang dan pergi....
Tapi tak pernah ku senyaman ini....
Mungkin dirimulah cinta sejati..

Belum selesai aku menyanyi, sudah ada yang komentar.

"Wah, kalian ini pacaran ya?" Tulis akun @meimei

"Halah, mana berani dia nembak, paling kode doang lewat lagu," jawab Dinda yang mulai menuangkan susu ke gelas.

Aku seketika kaget dengan omongan Dinda. Tapi dia ngomong kayak gitu dengan intonasi mengejek. Sedangkan aku yang mendengarnya sudah dibuat tertohok.

Belum sempat aku merespon, sudah dikomentari akun bernama @lielie yang menanyakan status aku.

"Jomblo dia, tapi jangan coba godain dia ya. Mahal say, uang langkahannya" komentar Dinda yang langsung direspom stiker 😭😭😭 oleh akun @lielie.

"Dinda cukuuup.." ku teriak mengakhiri obrolan di komentar IG nya.

Dinda ku lihat sudah hampir menyelesaikan Dalgona buatannya. Ia mengatupkan tangan sebagai permohonan maaf atas candannya. Aku mengangguk paham. Sedangkan netizen yang tadi berkomentar pun telah mengerti bahwa acara live IG nya hampir selesai dan berpamitan satu per satu meninggalkan akun Dinda.

Usai nonton live IG Dinda, aku jadi memikirkan sesuatu. Masih terbayang ucapan Dinda tadi waktu live. Apa aku datang saja ya ke kosannya dia, memastikan apa yang dia ucapkan tadi. Eh, bukannya sudah jelas ya kalau dialog waktu live IG itu hanya bercandaan. Hem, repot sekali pikiranku ini jadi tidak konsentrasi menjalani puasa hari ini. Ku letakkan saja ponselku di meja, ku tinggal rebahan.

Sudah ku usahakan mata terpejam, ternyata gak bisa tidur juga. Akhirnya ku putuskan nonton tivi. Ku ganti beberapa channel untuk kemudian ku putuskan nonton FTV saja. Aku tak kenal pemain utamanya, tampaknya artis pendatang baru. Tapi jalan ceritanya ringan, ada pedagang sayur cewek yang ditaksir oleh anak pengusaha. Ah, bisa ketebak, pasti orang tua si cowok tidak setuju di awal, ada beberapa konflik dan berakhir happy ending. Aku konyol sekali, nonton film yang bisa ku tebak akhir ceritanya. Ini tandanya aku saking gabutnya.

Tanpa sadar ternyata aku tertidur dan film yang ku tonton sudah tamat. Aku terbangun gara-gara suara ponselku berdering berkali-kali. Ternyata ada telepon dari Mama, memastikan apakah nanti lebaran aku bisa pulang. Ku jawab saja apa adanya, kalau aku gak bisa pulang.

Ku lihat Mana terisak. Aku terus memberinya pengertian. "Ini demi kesehatan kita semua ya Ma. Gama janji kok kalau wabah ini selesai, orang yang Gama temui pertama ya Mama," tegasku.

Usai ngobrol dengan Mama via telepon, aku membuka akun sosmed IG ku. Heh, ada notifikasi dari Dinda. Aku ditautkan dengan unggahannya.

"Dalgona spesial for my best @Gama_ama" tulisnya.

Tanganku langsung klik tombol sukai.

Aku tak tahu harus mengomentari apa. Aku bahagia menjadi orang spesial yang dipamerkan oleh Dinda. Namun tampaknya tak ada petunjuk apa pun bahwa ia memiliki rasa yang sama seperti ku rasakan. Sampai detik ini aku meyakini bahwa semua hal yang terjadi, termasuk unggahan Dalgona yang ia bagikan, memiliki arti yang spesial sebagai sebuah hubungan pertemanan. Cukup pada batas itu. 

Dinda, tidak berubah. Ia masih cewek yang ku kenal. Selalu memberikan energi positif buatku. Kabarnya, orang yang jatuh cinta tak mudah untuk menunjukkannya, tentu berbeda apa yang dilakukan Dinda. Aku yang berubah, gampang sensitif kalau disinggung soal perasaan. Mungkin Dinda menyadari, tapi ia seakan memberi isyarat bahwa aku teman baiknya dan teman tak akan membuat situasi berubah jadi buruk.

Seperti minuman Dalgona. Gama dan Dinda adalah perpaduan warna putih dan cokelat yang berada dalam satu gelas yang sama, namun tidak menyatu. Aku tetap dengan warnaku, dan Dinda dengan warnanya. Aku mencintainya, dan aku percaya dia mencintaiku. Hanya saja definisi cinta kita berbeda. Setidaknya, sampai tulisan ini terbit, kisah kita masih sebatas itu. Gak tahu kalau Authornya nanti buat kisah selanjutnya. Gimana Thor? 😁







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Singgah

Usai membahas tentang Pare. Amir kali ini menceritakan tentang kehidupannya di Plantinum Camp. Sebuah asrama yang berfungsi untuk tinggal sementara para pelajar bahasa Inggris. Ada beberapa aturan ketat yang perlu dipatuhi oleh penghuni. Salah satunya, wajib menggunakan bahasa inggris selama berada di lingkungan asrama. Oh iya, pemimpin Asrama adalah Mister Gio. Dia juga seorang pengajar di lembaga kursus Platinum. Namun, selama Amir tinggal di asrama tersebut, lebih banyak waktu yang dipilihnya untuk belajar di lembaga lain. Satu kamar berisi antara 4 hingga 6 orang. Kalau sedang musim libur sekolah, bisa lebih dari itu. Nah, di awal masuk, kondisi kamar masih normal. Selang dua minggu kemudian, datanglah rombongan anak SMP dan SMA yang memilih liburannya dengan belajar bahasa Inggris. Jadilah, kamar yang awalnya diisi 4 orang bertambah. Tapi bukan masalah besar. Justru ada perasaan senang karena tambah teman. Suasana keakraban di Platinum Camp selayaknya rumah. Walaupun baru kenal,

Waktu Bersamamu

Ilustrasi Copyright : Evan S. Aku berjalan penuh semangat menuju ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta Terminal III. Aku akan melakukan penerbangan ke Surabaya, menjemput Oma yang ingin merayakan Natal di Jakarta. Ku lihat ornamen natal sudah mulai menghiasi sudut-sudut Bandara. Pemandangan ini memang sudah biasa aku lihat di ruang-ruang publik. Aku bersyukur tinggal di Indonesia, karena walaupun agama yang aku anut adalah minoritas, tetapi mendapatkan sikap baik dari negara dan masyarakat lainnya. Jujur, masih banyak kasus diskriminasi di daerah lain terkait susahnya mendirikan Gereja. Aku pikir itu hanya masalah waktu, kita semua pada akhirnya akan saling dewasa menyikapi perbedaan. Mengingat masalah sikap dewasa terhadap perbedaan, aku jadi teringat seseorang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, keluargaku, dan khususnya bagi Kak Tania. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Oh, aku salah. Bahkan dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.

Misi Rahasia Din Part 5

Masuk UKM Teater menjadi pilihanku. Dunia yang sudah aku impikan sejak SMA, hanya saja di sekolahku tak ada kegiatan ekstra tersebut. Kalau mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti kelompok seni di Taman Ismail Marzuki, tentu biasanya lebih mahal. Makanya dulu aku biasa membuat drama sendiri di kamar. Eh tidak juga, kegiatan 17 Agustus, aku turut berpartisipasi membuat opera bersama teman-teman Karang Taruna. Lita, panggil saja aku Lit. Kalian yang sudah baca cerita sebelumnya, pasti tahu bahwa aku temannya Lisa. Kami memang tak terpisahkan. Hampir semua perkuliahan kami sekelas. Hanya saja ketika kami memutuskan masuk UKM yang berbeda, mulailah susah menyempatkan waktu untuk jalan berdua. “Ini kita belum pada punya cowok loh Lit.” Begitulah Lisa menyindirku dengan waktu yang mulai menyita kebersamaan kita. “Tenang kok, aku gak bakal lupa sama teman sebaik kamu.” Ucapku memberikan dia jaminan. “Janji ya?” ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “Ih, kayak bocah pakai b