Langsung ke konten utama

Pelatihan Jurnalis Muda

Pandemi covid-19 belum usai di tahun 2021. Pemerintah masih gencar mengingatkan masyarakat untuk menjaga protokol kesehatan. Bahkan, diminggu kedua bulan Januari dilakukan PSBB Pulau Jawa-Bali. Tentu hal tersebut menjadi penanda bahwa pandemi ini masih akan berlangsung lama. Kabar baiknya, vaksinasi sudah mulai berjalan. Siaran media televisi begitu dramatis mengabarkan ke masyarakat dengan siaran langsung siapa saja yang mendapat giliran vaksin gelombang pertama. Presiden Jokowi adalah orang pertama dan diikuti pejabat publik lainnya, bahkan ada selebritis ternama yaitu Raffi Ahmad. Giliran vaksinasi untuk masyarakat umum kemungkinan dilakukan bulan April 2021. Nah, tentu selama menunggu giliran tersebut, dipastikan ruang gerak semua orang masih terbatasi dengan protokol kesehatan. Bahkan kabarnya, setelah divaksin, hidup sehat tetap menjadi prioritas yang tidak boleh meninggalkan penggunaan masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Maka bisa dipastikan peradaban baru memang sedang berlangsung. Ana, salah satu perempuan yang selama ini aktif memiliki kegiatan di tempat terbuka dan interaksi yang dinamis mulai memikirkan penggunaan teknologi baru. Salah satu yang sudah selama hampir dilakukan enam bulan terakhir yaitu pertemuan online dengan aplikasi seperti zoom atau google meet. Namun baru saja ia mendapat notifikasi di Telegram miliknya, sebuah undangan mengisi acara untuk pelatihan jurnalis muda oleh sebuah komunitas muslim di Depok. “Apakah tidak sebaiknya menggunakan zoom saja?” Saran Anna menanggapi undangan tersebut. “Kami panitia melihat peserta kurang efektif apabila mendapatkan materi secara virtual, Kak.” Jawab Irul, nama panitia yang mengundang. “Kalau boleh tahu berapa jumlah pesertanya?” Anna membalas lagi. “Kami menyiapkan kuota 20 peserta. Konfirmasi terakhir ada 17 peserta mendaftar. Terkait tempat kami sesuaikan dengan protokol kesehatan, Kak.” Balasnya. Anna tak langsung mengiyakan undangan tersebut. Ia meneruskan undangan tersebut ke Billy yang kebetulan lagi ada kesibukan di luar rumah. “Terima saja Ann. Aku rasa mereka memang sudah cukup educate lah terkait protokol kesehatan.” Respon Billy. Berhubung Billy menyetujui undangan tersebut, Anna langsung konfirmasi ke panitia. Kebetulan undangan yang dijadwalkan belum terisi oleh kegiatan lain. Anna pun menyiapkan materi dasar sesuai Term of Reference (TOR) yang dibagikan oleh panitia. Ia diminta untuk mengisi materi dasar jurnalistik. Sebagai orang yang pernah bekerja di sebuah media berita, tentu bukan hal sulit. Hanya saja, ia perlu membaca psikologi peserta yang boleh jadi sangat awam dengan materi jurnalistik. Tak butuh waktu lama, materi siap untuk dipresentasikan. Tiga hari setelah undangan diterima. Anna bersiap untuk datang ke acara. Ia mengenakan pakaian dengan warna yang terang dan segar. “Wah, 10 tahun lebih muda ini istriku,” goda Billy yang sejak tadi memperhatikan Anna bercermin. “Loh. Kamu kok belum mandi?” Anna merasa aneh Billy tidak bergegas untuk bersiap diri. “Aku kan gak kemana-mana hari ini, Ann,” Billy merasa tak memiliki agenda keluar rumah. “Ya Allah. Masa aku harus pergi sendirian sih. Ya justru karena kamu lagi libur, antar aku dong!” Anna bersungut. Billy malah tertawa. Tampaknya ia sengaja menggoda istrinya. “Kamu sih terlalu sibuk dandan, sampai gak sadar kalau aku sudah mandi. Tenang saja, ini tinggal pakai celana panjang doang. Kan yang ngisi materi kamu, gak perlu dong aku ikutan tampil keren. Nanti kalau ada yang naksir gimana?” ucap Billy yang langsung mendapat tatapan tajam dari Anna. Lelaki itu segera jaga jarak sebelum mendapat cubitan. Jarak lokasi kegiatan dan rumah Anna memakan waktu 15 menit saja. Sehingga ia datang bertepatan dengan proses pembukaan acara berlangsung. Ia langsung bergabung untuk mengikuti rangkaian acara dan menyanyikan mars yang dihafalnya. Kullu May Ya’tika Yauma Thomihay Yalqo Himama… Pusaka hati wahai tanah airku…. Cintamu dalam imanku… Jangan halangkan nasibmu… Bangkitlah hai bangsaku…. Pusaka hati wahai tanah airku.. Cintamu dalam imanku… Jangan halangkan nasibmu… Bangkitlah hai bangsaku… Indonesia negeriku.. Engkau panji martabatku… Siapa datang mengancammu Kan binasa di bawah durimu… Siapa datang mengancammu Kan binasa di bawah durimu… Peserta kembali duduk. Anna pun mendapat salam hormat dari panitia dan peserta yang hadir. Usai serenomi sambutan-sambutan. Pembawa acara meneruskan ke moderator untuk memimpin kegiatan acara selanjutnya. “Baiklah. Saya moderator di sini tidak berpanjang kata. Langsung saja dipersilakan untuk pemateri Kak Anna yang aktif di dunia jurnalistik.” Ucap sang moderator. “Terima kasih atas kesempatannya. Boleh saya ralat ya. Saya memang pernah menjadi jurnalis. Tapi aktivitas terbaru lebih ke kepenulisan saja. Jadi saya akan memberikan sedikit pengalaman menulis berita sekaligus kepenulisan lainnya ya adik-adik.” Anna membuka materinya. 20 peserta tampak antusias mendengarkan materi yang disampaikan. Beberapa peserta bahkan memiliki minat yang tinggi di bidang kepenulisan. Tentu Anna semangat untuk berbagi ilmu lebih. “Kira-kira apa kesulitan yang biasa kalian hadapi?” Anna bertanya. “Cara nulis 5W+1H nya itu loh Kak. Duh, kok susah banget ya.” Ucap Diana salah satu peserta. Anna pun menyambut hangat pertanyaan tersebut. Sejak ia memberikan materi dan menyuruh peserta mulai menulis, Diana memang yang paling terlihat bingung sendiri. Ia pun sering meminta Anna untuk melihat hasil tulisannya. “Coba ini kamu pikirkan. Sore tadi itu kapan? Ketika kita menyebutkan waktu, maka harus jelas. Langsung saja, Selasa Sore 11 Januari 2021. Jadi pembaca tahu informasi tentang kejadian yang dilaporkan waktunya terjadi kapan.” Jelas Anna. Mendengar koreksi tersebut, Diana mengangguk. Peserta lainnya pun segera minta koreksi hasil tulisannya. Rata-rata memang unsur 5W+1H nya belum sempurna. Anna sangat memahami keadaan tersebut. Sesuai prediksi Anna, mereka benar-benar awam dengan kepenulisan. Acara yang dijadwalkan berlanngsung satu jam pun jadi molor setengah jam berikutnya. Anna tetap melayani setiap pertanyaan yang diajukan peserta. Namun tampaknya panitia sudah berniat menutup kegiatan mengingat izin penggunaan gedung sesuai surat yang diajukan. “Baiklah. Kalian boleh menghubungi Kakak langsung ya lewat Telegram. Insya Allah segera direspon kalau memang ada waktu.” Pungkas Anna menyudahi materi. Peserta pun keluar secara tertib bergantian supaya tidak saling bersentuhan. Anna memilih keluar paling akhir. “Terima kasih ya Kak, sudah menyediakan waktu buat hadir,” ucap Irul sambil memberikan bingkisan. “Semoga bermanfaat ya.” Anna menyambutnya. Anna langsung menemui Billy yang menunggunya di mobil. Ternyata suaminya tertidur. “Bill… bangung sayang!” Anna mengetuk pintu kaca mobil. Tak butuh waktu lama, Billy segera bangun. “Sorry An. Tadi ngantuk sekali. Gimana, mau langsung pulang?” ucap Billy. “Aku kangen sama Mie Ayam yang dipertigaan itu loh Bill.” Anna mengusulkan untuk menikmati kuliner terlebih dahulu. “Siap tuan putri!” Jawab Billy berlagak supir pribadi. Anna pun mengulum senyum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Singgah

Usai membahas tentang Pare. Amir kali ini menceritakan tentang kehidupannya di Plantinum Camp. Sebuah asrama yang berfungsi untuk tinggal sementara para pelajar bahasa Inggris. Ada beberapa aturan ketat yang perlu dipatuhi oleh penghuni. Salah satunya, wajib menggunakan bahasa inggris selama berada di lingkungan asrama. Oh iya, pemimpin Asrama adalah Mister Gio. Dia juga seorang pengajar di lembaga kursus Platinum. Namun, selama Amir tinggal di asrama tersebut, lebih banyak waktu yang dipilihnya untuk belajar di lembaga lain. Satu kamar berisi antara 4 hingga 6 orang. Kalau sedang musim libur sekolah, bisa lebih dari itu. Nah, di awal masuk, kondisi kamar masih normal. Selang dua minggu kemudian, datanglah rombongan anak SMP dan SMA yang memilih liburannya dengan belajar bahasa Inggris. Jadilah, kamar yang awalnya diisi 4 orang bertambah. Tapi bukan masalah besar. Justru ada perasaan senang karena tambah teman. Suasana keakraban di Platinum Camp selayaknya rumah. Walaupun baru kenal,

Waktu Bersamamu

Ilustrasi Copyright : Evan S. Aku berjalan penuh semangat menuju ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta Terminal III. Aku akan melakukan penerbangan ke Surabaya, menjemput Oma yang ingin merayakan Natal di Jakarta. Ku lihat ornamen natal sudah mulai menghiasi sudut-sudut Bandara. Pemandangan ini memang sudah biasa aku lihat di ruang-ruang publik. Aku bersyukur tinggal di Indonesia, karena walaupun agama yang aku anut adalah minoritas, tetapi mendapatkan sikap baik dari negara dan masyarakat lainnya. Jujur, masih banyak kasus diskriminasi di daerah lain terkait susahnya mendirikan Gereja. Aku pikir itu hanya masalah waktu, kita semua pada akhirnya akan saling dewasa menyikapi perbedaan. Mengingat masalah sikap dewasa terhadap perbedaan, aku jadi teringat seseorang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, keluargaku, dan khususnya bagi Kak Tania. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Oh, aku salah. Bahkan dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.

Misi Rahasia Din Part 5

Masuk UKM Teater menjadi pilihanku. Dunia yang sudah aku impikan sejak SMA, hanya saja di sekolahku tak ada kegiatan ekstra tersebut. Kalau mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti kelompok seni di Taman Ismail Marzuki, tentu biasanya lebih mahal. Makanya dulu aku biasa membuat drama sendiri di kamar. Eh tidak juga, kegiatan 17 Agustus, aku turut berpartisipasi membuat opera bersama teman-teman Karang Taruna. Lita, panggil saja aku Lit. Kalian yang sudah baca cerita sebelumnya, pasti tahu bahwa aku temannya Lisa. Kami memang tak terpisahkan. Hampir semua perkuliahan kami sekelas. Hanya saja ketika kami memutuskan masuk UKM yang berbeda, mulailah susah menyempatkan waktu untuk jalan berdua. “Ini kita belum pada punya cowok loh Lit.” Begitulah Lisa menyindirku dengan waktu yang mulai menyita kebersamaan kita. “Tenang kok, aku gak bakal lupa sama teman sebaik kamu.” Ucapku memberikan dia jaminan. “Janji ya?” ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “Ih, kayak bocah pakai b