Langsung ke konten utama

Sakit Yang Dipilih

Sekumpulan Mahasiswa almamater hijau memenuhi ruang auditorium Universitas Kasih Bunda. Sekitar serratus lebih mahasiswa perwakilan dari Himpunan mahasiswa duduk sesuai kursi yang ditata rapi memanjang. Mereka akan membahas rapat paripurna Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampus (APBK). Tahap pertama, ABPK 2014-2015 diperuntukkan bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang diketuai Rahardian. Ada empat jurusan yang dinaunginya yakni, Ilmu Komunikasi, Hubungan Internasional, Administrasi Negara, dan Sosiologi. Gumilang selaku ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) tampak elegan dengan almamater kebesaraanya. Dipadukan dengan celana hitam dan sepatu pantofel yang mengkilat. Tatapannya tajam mematikan lawan, hampir semua ketua himpunan menaruh hormat padanya. Tapi tidak bagi Ersa, perempuan dengan rambut sepundak selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom). Ia seolah tak terpikat sama sekali sama sosok yang duduk di sampingnya. Ersa memang sedikit arogan dan angkuh, khususnya kepada Gumilang. Mereka awalnya adalah sepasang kekasih, namun sekarang mereka menjadi rival politik di himpunan yang sejak lama terjaga rivalitasnya. Ersa lah yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan asmara dengan Gumilang demi kehormatan HIMAKOM. Di sisi lain, Gumilang merasa keberatan dengan keputusan tersebut. Dalam hatinya yang terdalam, ia masih menyimpan rasa sayang pada Ersa. Hanya saja syahwat politik membuatnya mengiyakan keputusan Ersa. ***** “Rapat Anggaran Pendapatan Dan Belanja Kampus 2014-2015 akan segera dimulai. Setiap Anggota Sidang dimohon untuk tenang dan mempersiapkan Program Kerja yang telah disusun” seorang protokoler membungkam kegaduhan ruangan. Gumilang memaparkan bahwa dalam studi Hubungan Internasional memiliki dua bidang kegiatan. Pertama yakni bidang keilmuan yang menyangkut kegiatan seminar dan loka karya. Sedangkan bidang kedua yakni, studi diplomasi yang menyangku kegiatan pertukaran mahasiswa antar negara atau kunjungan ke universitas di negara luar. Dana yang dibutuhkan untuk merealisasikan tersebut cukup besar. Apabila diprosentasikan jumlah mahasiswa Hubungan Internasional sebanyak 750 mahasiswa, maka masing-masing mahasiswa dianggarkan mendapat subsidi dari kampus sebanyak 500 ribu rupiah per tahun. Artinya, ada kenaikan sebesar 25 persen dari anggaran sebelumnya. Agenda utama yang diusung Gumilang yakni Studi banding ke negara ASEAN. Kegiatan utama tersebut akan menyedot anggaran himpunan sebesar 35 persen. selebihnya dana untuk kegiatan langsung keluar dari kantong pribadi mahasiswa yang terlibat. Senyum simpulnya mengakhiri paparan tersebut. sambil membenarkan posisi rambutnya yang menutupi mata, Gumilang melenggang ke tempat duduknya kembali. kegiatan yang digadang menjadi program kerja utamanya yakni mengundang lima kampus asing sebagai upaya hubungan diplomasi jurusan Hubungan Internasional. Ersa mendapatkan kesempatan terakhir setelah paparan ketua Himpunan Administrasi Negara (HAN). Ersa tampak menyiapkan selembar kertas yang ada disakunya. Ia kemudian membacakan paparannya dengan tatapan menyebar ke peserta. Sesekali matanya melirik ke Gumilang. Sekejap lirikan tersebut sirna dengan raut muka berubah angkuh. Ersa memiliki konsep untuk membuat kegiatan utama berupa Festival Komunikasi Simbolik. Festival tersebut mencoba meminimalkan bahasa pesan melalui simbol dan tanda. Anak-anak diminta membuat karya yang sesuai dengan bidang konsentrasinya dan nantinya dipamerkan dalam kegiatan tersebut. Ersa juga mengelaborasi festival tersebut dengan mengundang mahasiswa Institute Kesenian Pelita. Kegiatan yang terbilang inovatif tersebut juga memerlukan anggaran yang tidak biasa. Ersa menaikkan alokasi APBK 2014-2015 untuk jurusannya sebesar 50 persen. Hal tersebut diakuinya karena kepengurusan sebelumnya tidak memiliki kegiatan yang menarik mahasiswa Ilmu Komunikasi. Kegiatan Seminar dan kunjungan yang rutin dilakukan juga tidak dilaksanakan secara maksimal. Ersa ingin memberi gebrakan dan project tersebut tidak boleh digagalkan. Ersa pun selesai memaparkan kegiatannya dan kembali ke tempat duduknya. Sebelum duduk, Ersa sempat beradu pandangan dengan Gumilang. Hatinya merasakan ada getaran aneh dan langsung seketika itu ditampiknya. Ersa mengklaim bahwa HIMAKOM dan HIMAHI adalah rival, tidak boleh ada unsur pribadi yang menggagalkan langkahnya untuk menjegal HIMAHI. Pemimpin sidang kemudian meminta masing-masing ketua himpunan memberi tanggapan terhadap kegiatan yang disampaikan jurusan lain. Ersa mengambil langkah cepat dengan mencerca paparan yang disampaikan oleh ketua HIMAHI. Dia menyoroti betapa loyalnya jurusan tersebut menghamburkan dana fakultas hanya untuk plesir. Ia mengaggap kegiatan kunjungan ke negara ASEAN tidak mencerminkan kegiatan Hubungan Internasional secara efisen. Selain itu, peserta yang ikut dipastikan tidak bisa merangkul semua mahasiswa. Sebaiknya, kunjungan dilakukan ke kedutaan besar saja. Mendengar hal tersebut, telingan Gumilang memanas. Ia tidak terima kegiatan tersebut dianggap hanya plesir belaka. Kerangka kerja yang disusunnya bersama tim sudah jelas menunjukkan hasil yang ingin dicapai. Perdagangan bebas tahun 2015 memerlukan bekal yang cukup bagi Indonesia untuk mengetahui sejauh mana kondisi negara ASEAN mempersiapkan hal tersebut. apabila mengandalkan informasi dari kedutaan terkait, maka bisa dipastikan informasi yang didapat hanya berupa membanggakan negaranya. Gumilang juga mengritisi tentang kegiatan Festival Komunikasi Simbolik. Hal tersebut dianggap tidak relevan dengan perkembangan zaman. Seseorang justru dituntut bisa mengaplikasikan pesan melalui perangkat teknologi dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami bukan cara yang multitafsir seperti pesan simbolik. Keduanya tetap bersitegang bahwa masing-masing harus dipenuhi dana kegiatannya. Sedangkan melihat jumlah anggaran yang tersedia, hanya mampu memenuhi setengahnya dari anggaran yang diminta. Ersa tampak kesal dan kekeuh terhadap pendiriannya, sedangkan Gumilang berkepala dingin dengan memangkas kenaikan hanya sebesar 10 persen saja. Mengingat Ersa masih tidak terima dengan anggaran yang ditawarkan oleh forum, Ersa meminta rapat di tunda. Nada sinisnya kembali dilontarkan kepada Himahi bahwa acara plesir seharusnya tidak mendapat dukungan dana. Gumilang tidak mau menanggapi, ia memilih diam mengingat anggota lain sudah jengah dengan perebutan anggaranm tersebut. “Tenang saja Lang, gue bakal lobi ketua Senat supaya anggaran kita lebih besar dari Himakom,” ujar Ria selaku bendahara HIMAHI yang duduk dibelakangnya. Ersa lebih dulu meninggalkan ruangan bersama timnya. Gumilang sempat melihat langkah cepat Ersa yang begitu angkuhnya membelah peserta yang lain. Ia juga sempat melihat Ersa menatapnya dengan tajam, dibarengi dengan bisikan Rusdi bendaharanya. Seminggu kemudian rapat dilanjutkan. “Oke saya harap ini rapat terakhir. Karena dari fakultas lain sudah mulai menjalankan program kerjanya” ujar Rahardian selaku Ketua senat FISIP. Lelaki tersebut tampak gusar melihat Gumilang dan Ersa belum menunjukkan sikap perdamaian. Sedangkan dibangku lain, Ria mencoba memberi harapan kepada Gumilang bahwa lobi yang dilakukan sudah berhasil. “Tenang ketua, gue tadi sudah melakukan komunikasi dengan badan anggaran. Dan dia siap membantu kita untuk mengegolkan proyek kita tanpa memangkas anggaran yang kita ajukan” ujarnya berbisik. “Apa yang sudah lo lakukan,” tanya Gumilang dengan mimik tidak suka. “Saya berharap semuanya bisa berfikir yang lebih realistis, besarnya kuota mahasiswa tentunya berdampak pada besarnya alokasi dana yang dibutuhkan, terlepas program itu maksimal atau tidak dijalankan.acara yang berkualitas tentunya juga bisa diwujudkan dari besarnya biaya yang dikeluarkan. Saya kira semuanya bisa mendalaminya, HIMAKOM memiliki 1000 mahasiswa,” suara Ersa mengawali perdebatan. “Saya memahami kebutuhan dari HIMAKOM. Akan tetapi dari sejarah HIMAHI, acara yang kami buat tidak ada yang mengecewakan dan alokasi dana yang kami butuhkan tidak berlebihan. Dan tolong mari kita bersaing secara profesional dengan pemerataan anggaran, kita bisa mengetahui sejauh mana kualitas tiap jurusan” Gumilang menanggapi pernyataan Ersa. “Anda selalu bicara kualitas, apa ukurannya? Kita kan lagi membahas soal anggaran, tolong ya yang lebih subtantif” sanggah dari ketua HIMASOS yang jengah dengan pernyataan Gumilang. HIMASOS terkenal memiliki jumlah mahasiswa sedikit. Akan tetapi kalau berbicara kegiatan, persamaan hak harusnya diberikan. HIMAKOM dan HIMAHI selama ini sudah menguasai anggaran, harusnya mereka sama-sama dewasa. Hal serupa juga dikeluhkan oleh ketua HIMAJAN harusnya badan anggaran lebih objektif dalam mengucurkan dana. Ersa dan Gumilang tampak merenung hingga akhirnya bisa memahami bahwa keadilan memang diperlukan. Tetapi Ersa masih tidak terima bahwa anggaran HIMAHI lebih besar dari HIMAKOM. Ersa berfikiran, HIMASOS dan HIMAJAN tidak terlalu berpengaruh untuk menurunkan citranya karena bukan saingan. Tetapi, ketika bersentuhan dengan jurusan Hubungan Internasional seperti ada gengsi tersendiri. Apalagi Gumilang adalah mantan kekasihnya yang sebenarnya masih dicintainya. Loyalitas keduanya terhadap organisasi yang diembannya membuat kedua manusia yang masih mencintai tersebut harus dilalui dengan topeng-topeng keangkuhan. Ersa menyadari betapa jahatnya dirinya terhadap Gumilang dan juga dirinya sendiri. Dia lebih mementingkan kelompok daripada masa depannya bersama Gumilang. “Baiklah, kami sudah mendengar semua aspirasi dari masing-masing himpunan. Kami akan membaginya secara proporsional.” Ujar Ketua Senat. Usai memberikan sambutan tersebut, semuanya membubarkan diri. Semingguan kemudian ada pengumuman yang menyatakan bahwa usulan HIMAHI ditolak dan HIMAKOM diterima. Kabar tersebut ditanggapi biasa saja oleh Gumilang, mengingat hal itu yang diharapkan. Walaupun ia tak menunjukkan hal tersebut di hadapan anggotanya. Sedangkan Ersa, entah kenapa justru tak tampak bahagia dengan lolosnya pengajuan anggaran atas program kerja miliknya. “Selamat ya! Akhirnya prokermu disetujui” Sebuah pesan masuk ke ponsel Ersa. Tertera nama Gumilang. Mendadak dadanya bergemuruh. Ingin rasanya dia membalas terima kasih. Tapi egonya masih cukup kuat untuk mengabaikannya. Ia tak mau luluh begitu saja oleh cinta, kecuali ia mau mempertaruhkan kehancuran HIMAKOM di mata HIMAHI. Yah, Ersa memilih memendam rasa cintanya. Ia rela sakit hati hanya demi sebuah kepentingan kelompok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Singgah

Usai membahas tentang Pare. Amir kali ini menceritakan tentang kehidupannya di Plantinum Camp. Sebuah asrama yang berfungsi untuk tinggal sementara para pelajar bahasa Inggris. Ada beberapa aturan ketat yang perlu dipatuhi oleh penghuni. Salah satunya, wajib menggunakan bahasa inggris selama berada di lingkungan asrama. Oh iya, pemimpin Asrama adalah Mister Gio. Dia juga seorang pengajar di lembaga kursus Platinum. Namun, selama Amir tinggal di asrama tersebut, lebih banyak waktu yang dipilihnya untuk belajar di lembaga lain. Satu kamar berisi antara 4 hingga 6 orang. Kalau sedang musim libur sekolah, bisa lebih dari itu. Nah, di awal masuk, kondisi kamar masih normal. Selang dua minggu kemudian, datanglah rombongan anak SMP dan SMA yang memilih liburannya dengan belajar bahasa Inggris. Jadilah, kamar yang awalnya diisi 4 orang bertambah. Tapi bukan masalah besar. Justru ada perasaan senang karena tambah teman. Suasana keakraban di Platinum Camp selayaknya rumah. Walaupun baru kenal,

Waktu Bersamamu

Ilustrasi Copyright : Evan S. Aku berjalan penuh semangat menuju ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta Terminal III. Aku akan melakukan penerbangan ke Surabaya, menjemput Oma yang ingin merayakan Natal di Jakarta. Ku lihat ornamen natal sudah mulai menghiasi sudut-sudut Bandara. Pemandangan ini memang sudah biasa aku lihat di ruang-ruang publik. Aku bersyukur tinggal di Indonesia, karena walaupun agama yang aku anut adalah minoritas, tetapi mendapatkan sikap baik dari negara dan masyarakat lainnya. Jujur, masih banyak kasus diskriminasi di daerah lain terkait susahnya mendirikan Gereja. Aku pikir itu hanya masalah waktu, kita semua pada akhirnya akan saling dewasa menyikapi perbedaan. Mengingat masalah sikap dewasa terhadap perbedaan, aku jadi teringat seseorang. Dia pernah menjadi bagian penting dalam hidupku, keluargaku, dan khususnya bagi Kak Tania. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Oh, aku salah. Bahkan dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal kepadaku.

Misi Rahasia Din Part 5

Masuk UKM Teater menjadi pilihanku. Dunia yang sudah aku impikan sejak SMA, hanya saja di sekolahku tak ada kegiatan ekstra tersebut. Kalau mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti kelompok seni di Taman Ismail Marzuki, tentu biasanya lebih mahal. Makanya dulu aku biasa membuat drama sendiri di kamar. Eh tidak juga, kegiatan 17 Agustus, aku turut berpartisipasi membuat opera bersama teman-teman Karang Taruna. Lita, panggil saja aku Lit. Kalian yang sudah baca cerita sebelumnya, pasti tahu bahwa aku temannya Lisa. Kami memang tak terpisahkan. Hampir semua perkuliahan kami sekelas. Hanya saja ketika kami memutuskan masuk UKM yang berbeda, mulailah susah menyempatkan waktu untuk jalan berdua. “Ini kita belum pada punya cowok loh Lit.” Begitulah Lisa menyindirku dengan waktu yang mulai menyita kebersamaan kita. “Tenang kok, aku gak bakal lupa sama teman sebaik kamu.” Ucapku memberikan dia jaminan. “Janji ya?” ucapnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. “Ih, kayak bocah pakai b